Kamis, 18 Oktober 2012

lorong surga


Di jalan itu kau melenggang ke lorong jiwa, kau orang yang terusir senja . tak peduli matahari menghambur seluruh nadimu, kau tetap berjalan sepanjang lorong dan senyap.sebuah kota dengan masa lalu yang suram, tak ada kehidupan di dalamnya, tapi kau masih saja betah berada di tempat suram itu. Menunggu keajaiban? Mungkin! Tapi entahlah! Akupun tak pernah membayangkan dapat hidup sepertimu.
Kau orang tak berumah, tak pernah aku melihatmu berada dan keluar dari satu rumah, hanya lorong gelap teman seperjalananmu.
Saat siang menjelma malam kau hanya berdiam diri dalam setiap hati yang terpasung kesunyian, musim demi musim berlalu, ribuan daun kemarau menamparmu,derasnya angin yang menghela kulitmu yang putih pucat tak kunjung kau pedulikan dan tak beranjak pergi dari tempat itu.
Kau hanya bisa diam, tak sepotong kata terlontar darimu, keluhan, bahkan bahagia pun tak terlukis di wajahmu. Lantas apa yang kau rasakan saat ini? Sedihkah kamu? Bahagiakah hidupmu? Tenangkah batinmu?
Di sekelilingmu  hanya ada seonggok sampah yang tak begitu indah di mata setiap orang yang merasakan adanya, tapi di matamu itulah pemandanganmu yang sangat indah. Tak adakah jalan pulang buatmu? “ di sinilah surgaku” ucapnya.
Kau hanya mengikuti kemana waktu membawamu, terseret,lalu hanyut di hempas luka masa silam, lewat belantara kota diserbu rasa sepi dan asing, terlempar sebagai rontokan daun di musim penghabisan.
Seperti sukma kemarau kamu tandus lalu senyap terbaring pada lorong gelap mengerikan terbakar api sangsi dan sia-sia dan gemerincing ribuan daun gugur itu menyiapkan kamar kubur. Kuberusaha merasakan apa yang saat ini kau rasakan tapi terlalu sakit untukku karena ku tak tahan menyaksikanmu.
Mungkin tak semua orang dapat tahan hidup layakmu, ada bagian dari dirimu yang perlahan hancur ia juga ngeri berjalan meninggalkan lorong kehidupannya sembari mimpi tak dapat tercipta di lorong tempatmu dan lorong waktumu.
Harapanmu tlah kau uapkan kecakrawala yang mengabur garisnya bahkan cinta kemarin telah lama tak melihat keadaanmu.
Ia lelaki yang merasakan tak lagi pantas hidup selain di lorong surgamu itu, tak lagi pantas berdoa, bahkan berharap. Karena setiap doa kini tlah hilang terbawa semilir angin perih.tinggal abu dalam batinmu yang berangkat membatu.
                                                               
                                                                                                                        “lorong surga”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar