Di jalan itu kau melenggang ke
lorong jiwa, kau orang yang terusir senja . tak peduli matahari menghambur
seluruh nadimu, kau tetap berjalan sepanjang lorong dan senyap.sebuah kota
dengan masa lalu yang suram, tak ada kehidupan di dalamnya, tapi kau masih saja
betah berada di tempat suram itu. Menunggu keajaiban? Mungkin! Tapi entahlah!
Akupun tak pernah membayangkan dapat hidup sepertimu.
Kau orang tak berumah, tak pernah
aku melihatmu berada dan keluar dari satu rumah, hanya lorong gelap teman
seperjalananmu.
Saat siang menjelma malam kau
hanya berdiam diri dalam setiap hati yang terpasung kesunyian, musim demi musim
berlalu, ribuan daun kemarau menamparmu,derasnya angin yang menghela kulitmu
yang putih pucat tak kunjung kau pedulikan dan tak beranjak pergi dari tempat
itu.
Kau hanya bisa diam, tak sepotong
kata terlontar darimu, keluhan, bahkan bahagia pun tak terlukis di wajahmu.
Lantas apa yang kau rasakan saat ini? Sedihkah kamu? Bahagiakah hidupmu?
Tenangkah batinmu?
Di sekelilingmu hanya ada seonggok sampah yang tak begitu
indah di mata setiap orang yang merasakan adanya, tapi di matamu itulah
pemandanganmu yang sangat indah. Tak adakah jalan pulang buatmu? “ di sinilah
surgaku” ucapnya.
Kau hanya mengikuti kemana waktu
membawamu, terseret,lalu hanyut di hempas luka masa silam, lewat belantara kota
diserbu rasa sepi dan asing, terlempar sebagai rontokan daun di musim
penghabisan.
Seperti sukma kemarau kamu tandus
lalu senyap terbaring pada lorong gelap mengerikan terbakar api sangsi dan
sia-sia dan gemerincing ribuan daun gugur itu menyiapkan kamar kubur.
Kuberusaha merasakan apa yang saat ini kau rasakan tapi terlalu sakit untukku
karena ku tak tahan menyaksikanmu.
Mungkin tak semua orang dapat
tahan hidup layakmu, ada bagian dari dirimu yang perlahan hancur ia juga ngeri
berjalan meninggalkan lorong kehidupannya sembari mimpi tak dapat tercipta di
lorong tempatmu dan lorong waktumu.
Harapanmu tlah kau uapkan
kecakrawala yang mengabur garisnya bahkan cinta kemarin telah lama tak melihat
keadaanmu.
Ia lelaki yang merasakan tak lagi
pantas hidup selain di lorong surgamu itu, tak lagi pantas berdoa, bahkan
berharap. Karena setiap doa kini tlah hilang terbawa semilir angin
perih.tinggal abu dalam batinmu yang berangkat membatu.
“lorong
surga”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar