Sabtu, 23 Maret 2013

a dream


orang miskin gak usah sekolah! Masih teringat aku akan kalimat tadi, entah apa yang ada di hatinya hingga membuatnya lupa bahwa dia tak lebih baik dari seorang anak yang telah ia hancurkan semua harapannya.
Anak itu tak pernah mengalihkan pandangannya pada sebuah gedung yang di penuhi dengan manusia-manusia beruntung, dia selalu membayangkan andai dia ada di bangunan sederhana itu,
Tak ada seorangpun yang memperdulikannya, semuanya sibuk dengan aktivitasnya. Setiap pagi dia sudah berada di tempat itu dan ketika matahari sudah sangat terik di pertengahan hari dia pun beranjak dari tempatnya lalu menapakkan kakinya di tepian jalan bersama kawan-kawannya.
Dia sesekali memetik dawai gitar kecilnya yang ia dapat dari tempat pembuangan terakhir, dia bernyanyi bercanda ria bersama kawannya sembari menjulurkan tangannya pada sebuah mobil merah yang sangat mewah.
Seperti orang-orang kaya pada umumnya yang sangat perhitungan memberikan sepeser uangnya untuk musisi kecil itu. Memang dia terlalu tega membiarkan musisi kecil itu menarik kembali uluran tangannya dengan sia-sia.
Tapi dia kembali tersenyum lebar dan bernyanyi memekikkan suara nan indahnya, tak terasa air mataku menetes melihat musisi kecil itu.
Setelah pekerjaanya hari itu selesai dia kembali ke gubuknya menghitung hasilnya, dan menyisakan utuk makan malamnya, dia juga tak pernah lupa untuk menambah tabungannnya berharap uangnya cukup untuk ia berada di bangunan itu.
Kadang-kadang dalam gubuknya itu dia menagis sendiri menahan pilu yang dilaluinya. Dia tak pernah patah semangat hanya karena omongan yang dilontarkan lelaki berjas tadi, dia tetap tersenyum meski air matanya tak henti-hentinya mengaliri pipinya yang mungil. “aku tidak takut bermimpi besar sebab orang yang tak punya mimpi berarti tak punya cita-cita dan masa depan” itulah yang sering dia ucapkan kala ia merasa sedih dengan kisahnya…

                                                                                                                                                            “Mimpi”


hilang


Senja ini, aku merasakan kehilangan sosok yang selama ini menemaniku, entah hanya perasaan sementara tapi aku merasakan sakit yang teramat dalam sedang aku sendiri melihatnya tak pernah.
Tapi apa yang sedang tersimpan dibatinku ini? Aku merasakan kehilangan sebagian dari hidupku, sebagian dari pandanganku, pendengaranku, bahkan perasaanku.
Setiap kali ku berada di bawah cahaya sang senja, di saat itu juga aku merasakan kegalauan dalam batinku seakan semuanya terlewat begitu saja, memoriku tak begitu jelas menyimaknya.
Satu hal yang membuatku masih menyimpan tanya dalam batinku, akankah ini nyata atau hanya ilusi semata. Tapi bukankah setiap bayangan akan tertoreh kenyataan, entahlah.
Tak dapat ku pungkiri ingatanku masih saja di penuhi tentangnya,ingin ku putar kembali waktu agar ku dapat menata kembali yang tlah berlalu terlupakan.
Mungkinkah semua yang terjadi hanyalah kekonyolan yang tak ada habisnya, aku terlalu serius memandang setiap jalan dalam hidupku sampai aku tak dapat melupakan dia yang telah tinggal dibatinku.
Aku lengah dalam permainan yang aku buat sendiri, aku tidak tahu lagi siapa yang akan terlampau seketika aku tak kuat lagi menahan beban perasaan yang tlah melekat dalam sukma.
Akankah ada cahaya terang dibalik ini atau hanya tersisa senja kelabu yang akan menari-nari di atas kesedihan yang teramat perih.
Setiap kali aku mengingat kesalahan yang tlah kuperbuat, aku merasakan dunia berpaling dariku tak menghiraukanku lagi bahkan tak lagi kudengar suara indahnya yang seakan mengingatkanku.
Aku merasa bintang tak lagi di pihakku, senja tak lagi menampakkan keindahannya di mataku bahkan terangnya bulan tak lagi menghiburku, hanya malam gelap nan dingin teman seperjalananku.
TUHAN…inikah suratan yang engkau berikan kepadaku,,,
Ku harap ridhaMU di setiap longkahku …


                                                                                                                                                         “Hilang”